Tercatat hingga triwulan III-2019, atau tepatnya di September 2019, realisasi ekspor Sumut hanya berada di angka USD5,801 miliar. Jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2018 lalu, yang berhasil menembus angka USD6,597 miliar.
Kepala BPS Sumut, Syech Suhaimi, menyatakan penurunan ini sebagai dampak melemahnya harga komoditi ekspor asal Sumatera Utara di pasar internasional.
“Ada penurunan 12,06 persen secara nilai. Tapi secara volume ekspor kita sebenarnya meningkat. Ini karena dampak penurunan harga komoditi kita,”sebut Suhaimi, Minggu (3/11/2019).
Suhaimi memaparkan, volume barang ekspor Sumut pada triwulan III-2019 telah mencapai 7,242.300 ton. Padahal di periode yang sama tahun lalu, hanya 6.988.521 ton.
Data, katanya, menunjukkan, nilai ekspor yang melemah antara lain pada golongan barang lemak, minyak hewan/nabati yang di dalamnya ada crude palm oil (CPO) serta karet dan barang dari karet.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menyebutkan, krisis global yang masih berlanjut memang dipastikan berdampak pada terganggunya ekonomi.
Nilai ekspor misalnya akan terganggu karena harga jual dan bahkan permintaan menurun.
"Penurunan nilai ekspor memang tidak terelakkan," katanya.
Oleh karena itu, ujar Wahyu yang juga Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU) , saatnya pemerintah membantu pengusaha dengan mengeluarkan deregulasi yang mendukung pengusaha.
“Misalnya ada dorongan peningkatan penjualan di dalam negeri atau membantu pengembangan pasar ekspor,”demikian seperti dilansir Antara.
[AS]