Kemarin, harga minyak menguat 0,41% karena optimisme negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Optimisme ini mencuat sejak Kamis pekan lalu dan sedikit mengerek harga minyak dari kisaran sempit sekitar US$ 57 per barel sejak awal November. Harga minyak kemarin turut disokong oleh rekor tertinggi pasar saham AS.
Craig Erlam, senior market analyst Oanda mengatakan, harga minyak cenderung stabil meski sensitivitas terhadap berita dagang masih tinggi. "Momentum jelas kurang dalam kenaikan harga minyak belakangan, meski kenaikan pekan lalu menyokong optimisme," kata Erlam kepada Reuters.
Sabtu lalu, penasihat keamanan nasional AS Robert O'Brien mengatakan bahwa kesepakatan dagang awal dengan China masih mungkin tercapai di akhir tahun. Kemarin, koran Global Times di China yang mengutip ahli yang dekat dengan pemerintah China melaporkan bahwa China dan AS telah mencapai konsensus luas pada kesepakatan fase satu meski masih ada perbedaan soal penghapusan tarif.
Dari Timur Tengah, kericuhan di Iran dan Irak masih menjadi salah satu penopang harga minyak. Hari Minggu lalu, terjadi bentrok demonstran dan pihak keamanan di Baghdad dan beberapa kota di selatan Irak. Sembilan orang tewas dan puluhan orang terluka.
Pasar minyak pekan ini cenderung stabil menunggu keputusan OPEC yang akan bertemu pada pekan depan. OPEC dan Rusia diramal akan memperpanjang periode kesepakatan pemangkasan produksi hingga tengah tahun depan.