“Mari kita menetapkan niat dan tekad kita untuk bekerja bersama menyelamatkan masyarakat Maluku, baik generasi muda, ibu rumah tangga dan anak-anak dari ancaman endemik HIV-AIDS,”ajakan ini disampaikan Gubernur Maluku dalam sambutannya yang disampaikan Penjabat Sekda Maluku, Kasrul Selang pada Peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) tahun 2019, yang dipusatkan di Lapangan Pattimura Park
Turut hadir dalam kegiatan ini, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku, Widya Pratiwi Murad Ismail, Plt Asisten II Setda Maluku, Frona Koedoeboen, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Provinsi Maluku, Megi Samson, tokoh agama, tokoh masyarakat, Komunitas Peduli AIDS, Jaringan ODHA (Orang dengan HIV-AIDS) dan Populasi Kunci.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Triwulan IV Tahun 2017, sebut gubernur, Maluku menduduki urutan ke-10 dari sepuluh provinsi dengan kasus AIDS tertinggi per 100.000 penduduk atau AIDS case rate dengan case rate 35,25 per 100.000 penduduk.
“Saya ajak seluruh lapisan masyarakat mari meraih sukses mencapai “Triple Elimininasi” HIV-AIDS pada tahun 2030. Yaitu, pertama, tidak ada lagi infeksi baru HIV. Kedua, tidak ada lagi kematian karena AIDS dan ketiga, tidak ada lagi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA,” tandas gubernur mengingatkan.
Dikatakan, cita-cita untuk mencapai tiga zero pada tahun 2030 tidak dapat tercapai tanpa dukungan lintas program dan lintas instansi serta masyarakat. Selain itu, kesuksesan juga dapat terwujud dengan didukung akses layanan kesehatan berkualitas tinggi, upaya pencegahan, pendampingan dan dukungan serta tanpa adanya stigma dan diskriminasi.
Untuk itu, dalam momentum Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2019 ini, mantan Komandan Korps Brimob Polri ini menyampaikan beberapa hal untuk menjadi perhatian bersama.
Sedangkan, komitmen untuk mengakhiri epidemik HIV-AIDS pada tahun 2030 di Provinsi Maluku, maka diperlukan dukungan yang kuat dari berbagai pihak, pemerintah, komunitas pemerhati HIV-AIDS dan segenap komponen masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, organisasi wanita, akademisi sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
“Masih tingginya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA, sehingga diperlukan mobiliasasi penyebaran informasi yang benar tentang HIV-AIDS,” ungkap gubernur.
Tak hanya itu, tambah gubernur, sistim komunitas dan organisasi populasi kunci perlu berperan aktif dalam penjangkauan dan pendampingan populasi kunci secara optimal. Kemudian, akses layanan kesehatan yang masih perlu diperkuat dan diperluas jangkauan layanannya dari pusat layanan yang tersedia.