Posisi rupiah ini hanya bergeser tipis dari posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Tapi, rata-rata kurs penutupan rupiah pekan ini cenderung menguat di Rp 14.027 per dolar ketimbang pekan lalu pada Rp 14.090 per dolar AS.
Pasar valas Asia masih menunggu kelanjutan rencana kenaikan tarif impor China senilai US$ 156 miliar yang akan berlaku pada 15 Desember. Pejabat China berharap Presiden AS Donald Trump menunda kenaikan tarif yang akan berlaku hari Minggu. Tapi, penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navaro mengatakan bahwa tidak ada bukti bahwa tarif ini tidak akan berlaku.
Sementara itu, sumber Reuters mengatakan bahwa Trump akan bertemu dengan sejumlah penasihat ekonomi tertinggi pada hari ini untuk menentukan kelanjutan tarif terhadap China.
DBS masih melihat potensi penguatan rupiah di tengah kebijakan moneter yang stabil. "Rupiah merupakan salah satu aset terbaik karena menawarkan yield menarik lebih dari 5%," ungkap analis DBS Singapura Chang Wei Liang dan Duncan Tan seperti dikutip Bloomberg.
Di Asia, hanya rupiah dan dolar Hong Kong yang pagi ini melemah terhadap the greenback. Mayoritas mata uang Asia menguat, dengan kenaikan tertinggi pada won, ringgit, dolar Taiwan, dan peso.
Sementara itu, indeks dolar mencatat pelemahan dalam empat hari perdagangan berturut-turut. Indeks yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia ini berada di 97,08. Posisi indeks dolar ini sudah turun dari 98,27 pada akhir November.