Perang dagang antara Amerika Serikat dan China masih membayangi pasar pekan depan.
Diperkirakan, kesepakatan fase satu akan meningkatkan ekspor Amerika Serikat ke China dua kali lipat dalam dua tahun ke depan.
Kesepakatan fase I itu akan menangguhkan tarif impor barang China senilai US$ 160 miliar yang seharusnya berlaku pada Minggu 15 Desember 2019 lalu. Amerika Serikat juga sepakat menurunkan tarif impor dari 15% menjadi 7,5% terhadap produk China senilai US$ 120 miliar.
Selain itu, China dikabarkan menawarkan perlindungan kekayaan intelektual baru sebagai imbalan atas pengurangan tarif dari Amerika Serikat.
Nampaknya pasar tidak merespon positif terhadap perjanjian-perjanjian tersebut. Sebab, keinginan China adalah penghapusan tarif. Akan tetapi, yang terjadi justru penundaan pengenaan tarif dan pemotongan tarif. Amerika Serikat juga masih mempertahankan retribusi 25% untuk barang-barang senilai US$ 250 miliar.
Walaupun tidak dipungkiri, kesepakatan fase 1 ini sempat menghilangkan kekhawatiran pasar menjelang kenaikan tarif 15 Desember 2019 yang lalu. Pelaku pasar keuangan dunia juga berharap penghapusan tarif yang sudah berlaku mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang terus melambat semenjak perang dagang kedua negara tersebut.
"Kami perkirakan IHSG pekan ini berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 6.219-6.139 dan resistance di level 6.287-6.300," kata Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee dalam keterangan.
Asal tahu saja, pekan lalu pasar sempat khawatir mengenai berita pemakzulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Trump dituduh menyalahgunakan kekuasaan dan menghalangi Kongres dalam melakukan penyidikan.
Meski demikian, pelaku pasar di Wall Street diperkirakan akan mengabaikan berita pemakzulan itu. Sebab, kemungkinan pencopotan Trump di persidangan Senat yang dikuasai Partai Republik sangat rendah.