Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah melemah 0,05% ke level Rp 14.130 per dolar AS.
Analis PT Monex Investindo Future Faisyal menyebut, penguatan rupiah hari ini disokong oleh rilis data manufaktur Amerika Serikat yang hasilnya tidak sebaik hasil konsensus. ISM Manufacturing PMI AS diketahui rilis di level 48,1 lebih rendah dari rilis data sebelumnya yang berada di level 48,3 maupun hasil konsensus yang berada di prediksi 49,2.
"Pertama kasus ledakan monas menurut saya memicu pelemah rupiah pada pagi hari. Tapi akhirnya rupiah berhasil ditutup menguat didorong pelemahan dolar AS terutama dipicu oleh jeleknya data manufaktur AS semalam," tutur Faisyal.
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana menyebut pada perdagangan besok Fikri nilai data inflasi yang rendah akan jadi sentimen bagi pasar.
"Dari dalam negeri, tampaknya data inflasi yang cukup rendah (2,37% ytd) akan menjadi salah satu sentimen negatif bagi pelaku pasar, karena adanya kekhawatiran daya beli yang menurun, dan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2019 (dan 2019 secara keseluruhan)," papar Fikri.
Sementara dari faktor global, rupiah akan dipengaruhi oleh data indeks service PMI China yang akan rilis hari ini menurut Faisyal. Jika rilis data tersebut menunjukkan hasil yang baik dan sesuai konsensus sentimen ini dapat menjadi sentimen untuk penguatan rupiah.
Fikri menambahkan, sentimen perang dagang dan melemahnya ekonomi India juga dikhawatirkan berpengaruh negatif terhadap sentimen negara-negara emerging market lain.
Fikri menilai rupiah akan cenderung terdepresiasi dengan rentang pergerakan (valatilitas) masih besar. Oleh sebab itu, Fikri proyeksikan rupiah hari ini akan ada di rentang Rp 14.070-Rp 14.170 per dolar AS.
Sementara Faisyal melihat pada pagi hari ini rupiah berpotensi menguat namun ada kemungkinan pasar akan melakukan profit taking pada akhir perdagangan. hari ini, Faisyal prediksikan rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.070 - Rp 14.150 per dolar AS.