"Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan diperdagangkan kan pada level 6.064–6.119," ungkap riset Pilarmas Investindo, Senin (25/11). Sentimen yang mempengaruhi diantaranya penantian data pertumbuhan kredit dari dalam negeri.
Sejauh ini sudah dilakukan pemotongan tingkat suku bunga acuan menjadi 5% dari sebelumnya 6%. Di sisi lain, adanya dua kali pemotongan giro wajib minimum (GWM). Kedua hal tersebut membuat likuiditas melimpah.
Penurunan GWM sebesar 50 bps berpotensi menambah likuiditas bank sebesar Rp 26 triliun, yang terdiri dari dimana Rp 24,1 triliun untuk bank umum konvensional, dan Rp 1,9 triliun untuk bank umum syariah.
"Pertanyaannya, dengan likuiditas sebesar itu, apakah bank akan menyalurkan kreditnya, atau justru malah digunakan untuk berinvestasi di SUN, alih-alih hanya menambah keuntungan laba untuk bank itu sendiri," imbuh Pilarmas.
Berdasar pengamatan Pilarmas Investindo, penurunan pertumbuhan kredit ini sudah merupakan yang terendah dalam kurun waktu dua tahun terakhir, dan masih akan cenderung turun hingga akhir tahun nanti.
Sementara dari global, pasar masih menanti data PDB Amerika Serikat yang diperkirakan mencatatkan angka yang sama atau justru meningkat secara kuartalan. Sementara itu, penantian data dari China mengenai industrial profit yang secara tahunan berpotensi menurun kembali. Tidak ketinggalan, perkembangan negosiasi antara Amerika Serikat dan China. Kedua belah pihak sama-sama memiliki niat untuk mencapai kesepakatan pertama sesegara mungkin.