Melansir Bloomberg di pasar spot, Jumat (15/11), rupiah menguat 0,08% ke Rp 14.077 per dolar AS. Sementara, dalam sepekan rupiah melemah 0,44%.
Sedangkan, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), sore ini rupiah menguat 0,21% ke Rp 14.069 per dolar AS. Sementara, dalam sepekan rupiah di kurs tengah BI melemah 0,34%.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan penguatan rupiah di akhir pekan tertolong data neraca perdagangan yang surplus US$ 161 juta.
Namun, dalam sepekan rupiah cenderung melemah karena AS dan China belum memperjelas langkah detil kesepakatan yang akan diambil pada Desember mendatang.
"Walaupun negosiasi dagang hampir final tetapi belum ada breakdown yang jelas mengani tarif. Ini cenderung buat rupiah melemah," kata Josua.
Josua memproyeksikan pergerakan rupiah dalam sepekan ke depan masih akan bergantung dari perkembangan persoalan perang dagang AS dan China. Apalagi, deadline kesepakatan semakin dekat, jika tidak ada kesepakatan lebih lanjut tarif impor bisa lanjut diberlakukan dan sangat krusial pengaruhnya pada pergerakan pasar keuangan global.
"Hasil negosiasi dagang masih jadi isu utama jika dalam pidato Jerome Powell dan Bank Indonesia di pekan depan masih cenderung sama akan mempertahankan suku bunga acuan," kata Josua.
Sepekan ke depan, Josua memproyeksikan rupiah bergerak di rentang Rp 14.000 per dolar AS hingga Rp 14.125 per dolar AS.