Melansir Bloomberg, Jumat (15/11), harga CPO turun 0,96% ke RM 2.581 per ton. Harga tersebut menjauhi level harga tertinggi sepanjang masa yang pernah terjadi pada Senin (11/11) di RM 2.627 per ton.
Menanggapi hal tersebut, Analis PT Finnex Berjangka Nanang Wahyudin mengatakan harga CPO terkoreksi karena aksi profit taking setelah harga CPO dalam tren menguat.
"Dalam sebulan terakhir harga CPO melesat 20% menyentuh level jenuh belinya, jadi wajar kalau harga terkoreksi," kata Nanang.
Selain itu, Malaysia memberikan diskon pada India untuk impor CPO sebesar US$ 5 per ton karena dalam sebulan terakhir India tidak membeli minyak sawit.
Namun, kini India kembali membeli minyak sawit Malaysia sebesar 70.000 ton untuk pengiriman Desember nanti. Di saat yang sama Malaysia juga menandatangani kesepakatan yang dapat mendorong ekspor Malaysia ke China dan India.
Meski terkoreksi, secara fundamental Nanang memproyeksikan harga CPO masih berpotensi naik. Sentimen positif datang dari potensi penurunan produksi dan stok CPO di tengah permintaan yang masih tinggi.
Selain itu, faktor musim kemarau yang melanda kawasan Asia Tenggara membuat produksi CPO berkurang. Alhasil harga CPO bisa makin terdongkrak di tahun depan.