Kemarin, rupiah di pasar spot menguat tipis 0,09% ke Rp 14.054 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 14.067 per dolar AS. Sekali tiga uang, rupiah di kurs tengah BI juga menguat 0,13% ke Rp 14.059 per dolar AS.
Eknonom Bank Central Asia (BCA) David Samual mengatakan, rupiah masih bergerak terbatas pada hari ini disebabkan oleh situasi politik luar negeri beberapa negara yang masih jadi perhatian pelaku pasar.
“Ini masih kelihatannya bergerak datar. Belum ada sentimen baru yangt signifikan. Jadi masih terkait berita-berita politik terkait ketegangan di Hong Kong yang masih belum reda. Masih banyak katanya berita-berita palsu beredar di media. Terus perkembangan terkait Brexit juga. Jadi masih soal situasi politik,” Tutur David.
Pasar menurut David juga masih menunggu pidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam acara Newyork Ecconomic Club terkait dengan isu perang dagang dengan China dan arah kebijakan The Fed ke depannya.
David menambahkan, ketidakjelasan nasib perang dagang ke depannya juga mempengaruhi harga minyak yang terus menurun.
Pada perdagangan hari ini, investor masih memperhatikan aset-aset di negara emerging market termasuk Indonesia. Asal tahu saja, David nilai Indonesia masih menarik karena memiliki imbal hasil yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara maju seperti Amerika Serikat. Tentu saja, hal ini jadi katalis bagi pergerakan rupiah.
Selain itu, perdagangan juga akan diramaikan dengan rilisnya data neraca perdagangan pada pekan ini sembari menunggu pidato Trump. Dari Amerika, akan rilis data CPI, Core CPI serta adanya Fed Chair Powell Testifies.
David proyeksikan rupiah hari ini masih akan menguat tipis di level Rp 13.970 per dolar AS – Rp 14.070 per dolar AS.