Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China jadi sorotan utama pelaku pasar saat ini.
Mengingat kaitannya akan sangat erat terhadap prospek ekonomi global, serta keputusan Bank Sentral global dalam menentukan arah suku bunga acuannya.
"Yang paling utama diperhatikan pasar soal perang dagang. Apakah fase pertama ini bisa selesai atau enggak?," ungkap David.
Menurutnya, sejauh ini pihak China cenderung masih optimistis bahwa kesepakatan dagang fase pertama bisa dicapai akhir tahun ini.
Meskipun begitu, pihak Negeri Tirai Bambu juga mewaspadai jika sewaktu-waktu terjadi perubahan kesepakatan akibat sikap Trump yang mudah berubah-ubah.
Sementara itu, kondisi yang tengah terjadi di Hong Kong terkait pengeluaran undang-undang hak asasi manusia (HAM) bakal turut mempengaruhi arah pasar terkait negosiasi kedua negara tersebut.
Di sisi lain, sentimen domestik seperti langkah Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuannya, namun tetap memangkas peringkat giro wajib minimum (GWM) bakal berikan sentimen positif ke pasar.
"Apalagi inflasi, cadangan devisa dan neraca perdagangan masih cenderung stabil, sehingga rupiah masih bisa stabil di kisaran Rp 14.090 per dollar AS," jelasya.