Menurut Gunawan, harga emas dalam sebulan terakhir ini begitu berfluktuasi, khususnya setelah mendapatkan angin segar dari kebijakan penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika (The Fed). Namun harga emas akan kembali tertekan setelah China dan Amerika diperkirakan akan kembali melakukan dialog.
“Pelaku pasar sangat yakin tercipta kesepakatan diantara keduanya,”kata Gunawan.
Selain itu, sejumlah pejabat dari kedua belah pihak turut melakukan hal yang sama. Yakni melontarkan pernyataan yang bernada positif sehingga memunculkan rasa optimis. Namun sikap ini tentunya tidak berarti baik bagi semua pihak.
“Terlebih bagi investor emas yang tentunya akan memperhitungkan kembali portfolio emasnya,”tukas Gunawan.
Harga emas sendiri selama satu bulan terakhir bergerak dengan volatilitas yang cukup tinggi. Harga emas sempat menembus level USD 1500 per ounce troy. Saat Bank Sentral Amerika memangkas besaran suku bunga acuannya, tren pelemahan mata uang US Dolar terjadi saat itu. Disisi lain, emas harganya mengalami kenaikan.
Kondisi justru berbeda saat beberapa hari terakhir dimana AS dan China akan melakukan kesepakatan. Harga emas kembali tertekan dan saat ini dijual dikisaran USD 1.486,2 per ounce troy.
Masyarakat harus mengetahui beberapa hal, kata Gunawan. Jika kesepakatan dagang antara Amerika dan China tercapai, maka emas berpeluang untuk mengalami penurunan dalam jangka pendek. Namun, jika sebaliknya, maka langsung saja membeli emas.
“Jadi saran saya, jangan beli emas di posisi saat ini. Potensi turunnya masih ada. Lakukan pemantauan secara terus menerus agar kita memiliki momentum waktu yang tepat untuk membeli emas. Dan saya melihat secara teknikal emas juga akan sulit menembus level 1500 sampai terkonfirmasi sentiment fundamental yang mampu menggerakkannya,”tandasnya.
[AS]