Sarwedi Hasibuan warga desa Sopo Sorik yang baru saja tinggal 4 bulan yang lalu, saat di konfirmasi Digtara.com mengatakan bahwa desa tersebut hanya berpenghuni 7 kepala keluarga, terdiri dari 4 yang menetap dan 3 kepala keluarga yang tidak menetap. Jelasnya.
Dari keterangan warga lainnya, sebelumnya desa ini sudah lama ada sejak zaman Belanda, namun sebagian warganya sudah pindah ke desa tetangga.
Pindahnya warga akibat sulitnya akses menuju desa, dan fasiliras umumpun tidak ada, sehingga warga lebih memilih meninggalkan desa ini.
Meski hanya memiliki 7 kelapa keluarga, desa ini bisa menyerap anggaran dana desa, dana desa yang bersumber dana APBN dan APBD.
Dana desa yang di kuncurkan sejak tahun 2015 awalnya mendapatkan kucuran dana 250 juta hingga tahun 2019 ini mencapai 933 juta lebih.
Pantauan digtara.com di lapangan, sebanyak 12 rumah papan tertutup akibat di tinggal pemilik dan fasilitas umum juga tidak ada seperti sekolah, lampu penerang serta bidan desa juga tidak menetap di desa.
Sementara dana desa sejak tahun 2015 sampai 2019 ini, hanya terlihat di bangunkan untuk jalan rabat beton, pembangunan MCK.
Camat Kotanopan Kholillullah yang di konfirmasi membantah 4 jumlah kepala keluarga yang berada di desa, karena laporan desake kantor capat terdapat 10 kepala keluarga dan 49 jiwa.
"Namun sebelumnya kita juga sudah membahas keberadaan desa Sopo Sorik yang minim penduduk, dan kita juga sudah mendobrak warganya kembali ke desa agar desa tersebut tidak di hapus dari data Kemendagri," tambahnya.